Budaya positif penting dikembangkan di sekolah. Mutu sekolah dapat dilihat dari budaya positif yang hidup dan dikembangkan warga sekolah. Budaya positif sekolah adalah sekumpulan nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktekkan oleh kepala sekolah, guru, petugas administrasi, siswa dan masyarakat sekitar sekolah.
Budaya positif yang ada disekolah akan membantu pencapaian visi sekolah impian. Guna mewujudkan visi sekolah impian, peran guru sebagai ujung tombak kualitas pendidikan di sekolah sangatlah penting. Guru penggerak adalah pemimpin pembelajaran yang mendorong tumbuh kembang murid secara holistik, aktif, dan proaktif dalam mengembangkan pendidik lainnya untuk mengimplementasikan pembelajaran yang berpusat kepada murid, serta menjadi teladan dan agen transformasi ekosistem pendidikan untuk mewujudkan Profil Pelajar Pancasila.
Budaya positif di sekolah tidaklah berdiri sendiri dalam menciptakan budaya ajar yang baik, melainkan satu sama lain saling terintegrasi dan mempengaruhi satu sama lain. Budaya positif bukanlah satu-satunya materi yang perlu diterapkan dalam pendidikan di sekolah. Kita sebagai CGP perlu juga mengingat dan mengaitkan materi-materi yang sudah kita pelajari sebelumnya agar penerapan di ekosistem belajar semakin maksimal.
Hampir semua modul berkaitan dengan budya positif mulai dari modul 1.1, 1.2 dan 1.3 namun Pada modul 1.1 Refleksi Filosofi Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara menjadi titik awal CGP menjadi agen perubahan dalam transformasi Pendidikan di sekolah. Ki Hadjar menjelaskan bahwa tujuan pendidikan yaitu: menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh sebab itu, pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak” dalam menuntun laku dan pertumbuhan kodrat anak,
KHD mengibaratkan peran pendidik seperti seorang petani atau tukang kebun. Anak-anak itu seperti biji tumbuhan yang disemai dan ditanam oleh pak tani atau pak tukang kebun di lahan yang telah disediakan. Anak-anak itu bagaikan bulir-bulir jagung yang ditanam. Bila biji jagung ditempatkan di tanah yang subur dengan mendapatkan sinar matahari dan pengairan yang baik maka meskipun biji jagung adalah bibit jagung yang kurang baik (kurang berkualitas) dapat tumbuh dengan baik karena perhatian dan perawatan dari pak tani. Demikian sebaliknya, meskipun biji jagung itu disemai adalah bibit berkualitas baik namun tumbuh di lahan yang gersang dan tidak mendapatkan pengairan dan cahaya matahari serta ‘tangan dingin’ pak tani, maka biji jagung itu mungkin tumbuh namun tidak akan optimal. Dalam proses “menuntun”, anak diberi kebebasan namun pendidik sebagai ‘pamong’ dalam memberi tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Seorang ‘pamong’ dapat memberikan ‘tuntunan’ agar anak dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar. KHD menjelaskan bahwa dasar Pendidikan anak berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam berkaitan dengan “sifat” dan “bentuk” lingkungan di mana anak berada, sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan “isi” dan “irama” (Ki Hadjar Dewantara, 2009, hal. 21).
Jika kita sebagai pendidik memahami dengan benar filosofi pemikiran KDH maka budaya positi di sekolah dapat tercipta Dalam menuntun prilaku murid dengan sesuai kodrat alam dan kodrat jaman, Budaya positif yang kita susun harus melalui beberapa tahapan atau langkah seperti penyusunan visi sekolah sampai penyusunan kesepakatan tentang budya positif sekolah/kelas semua dilakukan dengan cara pendekatan inkuiri apresiatif dan tahapan BAGJA . Jadi hamper seluruh modul saling berkaitan untuk dapat menciptakan budaya positif di sekolah.
Peran guru penggerak dalam menularkan kebiasaan baik kepada guru lain dalam membangun budaya positif di sekolah adalah dengan membangun komunikasi positif yang dibarengi keteladan dari diri orang yang diajak untuk melakukan hal yang serupa dengan kita atau paling tidak memberikan dukungan meskipun belumbisa meniru apa yang kita lakukan, seorang guru penggerak perlu melakukan pendekatan personal kepada guru lain untuk mengetahui potensi positif yang bias diberdayakan dari rekan sejawat dalam mengembangkan budaya positif, dimulai dari hal yang kecil,sederhana, mudah dan ringan yang dapat dijalankan secara berkelanjutan. Kemudian menjadi teladan dan agen transformasi bagi ekosistem pendidikan , Guru Penggerak harus memberikan dampak kepada guru-guru lain serta dampak kepada sekolahnya. Mereka layaknya lilin/obor perubahan di masing-masing unit pendidikannya, bahkan di luar unit pendidikannya. Guru penggerak juga harus berkolaborasi dengan orang tua dalam menerapkan budaya positif di sekolah. Budaya positif di sekolah bisa dikembangkan dengan membuat kesepakatan terlebih dahulu, sehingga apa yang diinginkan dengan kondisi sekolah secara harmonis dapat terwujud.
Untuk menjadikan kebiasaan positif di kelas menjadi budaya sekolah dan visi sekolah tentunya dibutuhkan pemikiran dan kesepakatan kolektif yang digali dari dasar normatif, nilai-nilai yang diyakini oleh warga sekolah , dan impian normatif kolektif warga sekolah. Masing-masing guru dapat menyampaikan ide praktek baik sekolah.Dari itu kita dapat menggali nilai-nilai budaya positif dan kebiasaan positif apa yang menjadi budaya positif sekolah untuk kemudian dituangkan secara tertulis menjadi visi sekolah..
Terimakasih
Salam Guru Penggerak
Lampiran :
1. Tabel Rancangan Tindakan Aksi Nyata :
https://drive.google.com/file/d/1CtbmxImqYTNRowTrE9cDJ45crLJkr5Ir/view?usp=sharing
2. Pengimbasan :
https://youtu.be/bBslczW_Gtc
3. Dokumentasi Aksi Nyata :
Keren pak cepat... Semangat dan sukses..
ReplyDeleteBagus banget blognya. Mantaap tampilannya
ReplyDelete