Thursday, July 14, 2022

AKSI NYATA PENGELOLAAN PROGRAM YANG BERDAMPAK PADA MURID

 

Nama Program : Program Literasi untuk Peningkatan Minat Baca dan Jiwa kepemimpinan SMAN 1 Kragilan Kabupaten Serang.

A. PERISTIWA (FACT)

Rendahnya minat baca pada peserta didik SMAN 1 Kragilan  membawa dampak pada kegiatan pembelajaran banyak faktor yang mendorong hal ini terjadi. Budaya membaca semakin menurun oleh kehadiran Smartphone android. Siswa lebih tertarik membaca potongan – potongan tulisan dan menonton video yang ada di sosial media ini menunjukan minat baca ada namun daya baca rendah, sehingga hal ini mempengaruhi kegiatan pembelajaran. Siswa menjadi kurang aktif dan kurang percaya diri dalam memberikan pendapat karena kurangnya wawasan yang di miliki, sehingga tidak berani tampil di depan untuk memberikan pendapat.

Program literasi adalah merupakan keterampilan penting yang harus di miliki siswa. Sebagian proses pendidikan bergantung pada kemampuan dan kesadaran literasi ,kemampuan literasi meliputi seluruh keterampilan berbahasa yaitu menyimak berbicara, membaca, dan menulis sehingga dalam program literasi membaca ini sesuai dengan salah satu karakteristik dari 7 lingkungan yang menumbuh kembangkan kepemimpinan murid yaitu lingkungan yang melatih keterampilan yang di butuhkan murid dalam proses pencapaian tujuan akademik dan non akademik.

Yang dilakukan pada aksi nyata berikut alasan mengapa melaksanakan aksi nyata?

Aksi nyata pengelolaan program yang berdampak pada murid di maksudkan untuk mewujudkan  kepemimpinan murid, program ini di lakukan dengan harapan siswa siswi bisa menumbuhkan sikap berani dalam dirinya, berani tampil dan mengekspresikan dirinya dan menghargai seni dan budaya nasional dan bisa mengembangkan potensi atau bakat yang di milikinya.

Aksi nyata ini di lakukan untuk mewujudkan langkah pengelolaan program yang berdampak pada murid dengan berbasis pemetaan aset sekolah menggunakan model BAGJA dan MELR Yang dilakukan guna memastikan sebuah program yang berdampak pada murid. Sehingga bisa menjadi langkah konkrit keterlibatan sebagai pemimpin dalam pengembangan sekolah.

Selain itu alasan utama dibalik program ini adalah pada terwujudnya wellbeing siswa atau student wellbeing  dan perkembangan siswa secara holistik, siswa yang bahagia. dan juga memiliki nilai – nilai pribadi yang unggul, berbudaya serta memiliki karakter profil pelajar pancasila.

 

Tujuan Utama melaksanakan aksi nyata ini adalah sebagai berikut :

·      Membangun kesadaran siswa atas pentingnya membaca untuk mendukung pembelajaran yang efektif

·       Menumbuhkan kemampuan berprikir kritis siswa

·       Menumbuhkan jiwa kepemimpinan siswa

·       Menjadikan kegiatan literasi sebagai budaya positif di sekolah

·       Melatih kemandirian siswa dalam memecahkan masalah 

·       Menumbuhkan budi pekerti dan kepribadian yang baik kepada siswa

Hasil Aksi Nyata yang di lakukan

Dengan terlaksananya program ini ,  maka program ini pada dasarnya di rancang untuk menjadi wadah berkreasi dan berinovasi bagi siswa siswi menumbuhkan keberanian untuk tampil  dan juga mengedukasi siswa akan penitingnya budaya literasi. Siswa-siswi perlu di perkenalkan betapa pentingnya kegiatan literasi yang dilakukan sehingga sebagai generasi muda penerus bangsa akan selalu menjunjung budaya yang mampu melestarikan budaya membaca. Di perlukan sebuah pembiasaan yang menjadi sebuah budaya. Dengan pelaksanan kegiatan  yang rutin dan berkelanjutan dari program ini maka dampak pada murid dalam hal meningkatkan minat dan bakat serta jiwa kepemimpinan dan juga kepedulian akan literasi akan membuahkan hasil.

Hasil aksi nyata di SMAN 1 Kragilan  ini menunjukan bahwa ada perkembangan dari waktu ke waktu mulai dari hanya membaca 15 menit sebelum memulai proses belajar mengajar yang di awasi oleh guru piket dan wali kelas sehingga menjadi budaya bagi murid – murid ketika jam literasi sudah di mulai maka dengan sendirinya melakukan aktivitas tersebut. Satu hal yang menjadi saya bangga sebagai guru mata pelajar peserta didik mamapu meningkatkan kemampuan pengetahuan akan kosa kata, membuat otak mereka bisa bekerja secara optimal, menambah wawasan, mempertajam diri dalam menangkap informasi dari sumber bacaan salah satu aksi nyata nya yaitu memiliki jiwa kepemimpinan karena dengan keberanian penuh mampu menciptkan seorang pemimpin yang mampu berdiri di depan dengan memaparkan visi misi sebagai calon ketua OSIS SMAN 1 Kragilan .

Kegiatan literasi yang di lakukan di SMAN 1 Kragilan  di atas menunjukan bahwa kegiatan literasi tidak semata – mata di lakukan di dalam ruangan kelas saja tapi bisa juga di lakukan di tempat lain yaitu dengan menggunakan Laboratorium Komputer dengan di dampingi oleh guru piket dan  wali kelas  diberikan kebebasan kepada peserta didik untuk memilih sesuai dengan bakat dan minat peserta didik namun pada kesempatan kali ini mereka melakukan kegiatan literasi dengan menggunakan PC untuk lebih lengkap terkait kegiatan literasi di Laboratorium Komputer yang dimiliki sekolah dengan demikian apapun yang menjadi minat dan bakat peserta didik dapat di salurkan dengan baik dengan memanfaatkan fasilitas yang ada di lingkungan sekolah demi peningkatan potensi peserta didik.

 

B.PERASAAN (FEELING)

Perasaan saat merencanakan aksi nyata ini program yang berdampak pada murid ini adalah  merasa tertantang karena program ini harus menekankan pada aspek dampak langsung pada diri siswa misalnya kepedulian aspek lain, literasi, keimanan,  kedispilinan,dan aspek lainnya yaitu kemampuan kepemimpinan bisa menjadi bekal siswa untuk kehidupan yang lebih baik sebagai individu maupun anggota masyarakat.

Perasaan saat program ini terlaksana perasaan bahagia dan juga optimis dengan pencapaian program dengan pencapaian program yang sudah berjalan, terlaksananya program ini tidak terlepas dari kolaborasi semua pemangku kepentingan terutama siswa yang sangat antusias terlibat dalam program literasi ,guru piket  dan wali kelas yang mengkoordinir kegiatan. Saya pun bertambah antusias terlibat dalam program literasi baik dari murid dan seluruh pemangku kepentingan di sekolah. Dengan respon yang baik dari warga sekolah terutama murid membuat saya ingin terus terlibat dalam pengelolaan program ini agar lebih baik lagi ke depannya dan dengan harapan dapat terus berkelanjutan.

C. PEMBELAJARAN ( FINDING) YANG DI DAPAT DARI PELAKSANAAN AKSI NYATA.

Pembelajaran yang di dapatkan dari aksi nyata adalah terwujudnya kepemimpinan murid dalam literasi untuk peningkatan minat bakat serta jiwa kepemimpinan, terwujudnya  karakter siswa yang memiliki pengetahuan dari sumber – sumber informasi yang diperoleh dan menjadi siswa yang berani tampil dan mengekspresikan bakat maupun potensinya pada akhirnya besar harapan saya bahwa program ini akan bisa mewujudkan profil  pelajar pancasila.

Dari aksi nyata ini saya mendapatkan banyak pelajaran penting, yaitu bagiamana saya menyusun dan mengelola sebuah program yang berdampak pada murid dengan pemetaan aset model BAGJA. Selain itu saya menyadari pentingnya kolaborasi antar pemangku kepentingan untuk suksesnya program ini. Saya juga belajar bahwa peran guru tidak terbatas pada pembelajaran di dalam kelas sajanamun harus peduli dan ikut terlibat dalam mengelola program yang berdampak pada murid .

D. PENERPAN KEDEPAN (FUTURE) RENCANA PERBAIKAN UNTUK PELKASANAAN DI MASA DEPAN

Recana perbaikan ke depan yaitu  lebih mengaktifkan kembali kegiatan intrakurikuler di lingkungan sekolah untuk memberikan bimbingan dan menjadi wadah pengembangan minat dan bakat anak selain itu kedepannya perlu pemberian apresiasi berupa reward kepada siswa yang memiliki prestasi akademik sebagai bentuk dukungan untuk menambah semangat anak menampilkan kreatifitas dalam melakukan literasi. Selain itu perlu peningkatan kolaborasi guru ,siswa dalam hal kegiatan literasi siswa butuh pendampingan dan bimbingan dari guru piket dan wali kelas pada saat melakukan kegiatan literasi agar program dapat berjalan sesuai apa yang kita inginkan.


Dokumentasi Kegiatan :



Friday, June 10, 2022

Portofolio Aksi Nyata Modul 3.1.a.10

 

Berdasarkan rancangan aksi nyata yang telah dibuat sebelumnya, maka berikut ini portofolio aksi nyata modul 3.1.a.10 yang telah selesai saya susun.

Peristiwa (Fact)

Latar Belakang

Pelaksanaan pembelajaran tatap muka terbatas (PTMT) yang masih dilaksanakan di SMA Negeri 1 Kragilan masih menemui beberapa kendala, diantaranya kehadiran peserta didik dalam mengikuti pembelajaran di kelas. Hal ini disebabkan oleh pembelajaran daring yang masih terlalu lama sehingga siswa memiliki kelonggaran dalam pembelajaran. Guru dalam memberikan pembelajaran mengalami kesulitan karena rendahnya semangat dan pengetahuan siswa mengenai materi pembelajaran. Keadaan tersebut berpengaruh pula pada tingkat kepercayaan diri siswa dalam mengikuti pembelajaran di kelas, sehingga menjadi salah satu alasan untuk tidak masuk sekolah. Selain itu, tingkat pendidikan karakter siswa yang mulai bergeser semenjak adanya pembelajaran daring, sehingga berdampak pada sikap dan perilaku selama berada di sekolah ketika berinteraksi dengan siswa lain atau guru.

Alasan Melaksanakan Aksi

Berdasarkan latar belakang peristiwa di atas, jika diidentifikasi maka merupakan dilema etika, sekolah harus memiliki pilihan dalam menangani siswa yang mengalami keadaan tersebut akibat terlalu lamanya pembelajaran daring, agar tidak terjadi learning loss. Alasan melaksanakan aksi nyata ini karena adanya learning loss yang terjadi pada siswa salah satunya dalam bentuk penurunan capaian belajar siswa. Selain itu pelaksanaan pembelajaran daring berdampak pada menurunnya tingkat percaya diri dan karakter siswa sehingga dengan keadaan tersebut CGP melaksanakan aksi nyata dalam mendampingi siswa agar terentaskan dari masalahnya. Sehingga diperlukan kemampuan dalam pengambilan keputusan yang tepat dalam penanganan siswa yang mengalami keadaan tersebut.

Hasil Aksi Nyata

Hasil aksi nyata yang telah diterapkan oleh CGP yaitu adanya kesadaran diri yang dimiliki oleh siswa terhadap masalah yang dialaminya, sehingga CGP membuat sebuah keputusan bahwa siswa yang mengalami hal tersebut masih dapat mengikuti pembelajaran di sekolah dengan pantauan dan dukungan dari guru serta siswa agar siswa yang mengalami masalah tersebut memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar. Guru dalam memberikan pembelajaran harus memiliki inovasi agar siswa merasa tertarik mengikuti pembelajaran yang diberikan. Dukungan dari kepala sekolah dalam menangani siswa yang memiliki masalah rendahnya motivasi belajar merupakan hal yang sangat positif sehingga pengambilan keputusan yang diberikan tepat dalam menangani dan meningkatkan motivasi belajar siswa.

Perasaan (Feelings)

Setelah melaksanakan aksi nyata modul 3.1.a.10 mengenai Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran, saya awalnya merasa kesulitan, karena siswa yang saya berikan layanan pendampingan sangat sulit ditemui, sehingga diperlukan home visit untuk bertemu dengan orang tua siswa. Dengan adanya kolaborasi antara guru BK, Wali kelas dan orang tua siswa maka permasalahan yang dialami oleh siswa dapat ditemukan jalan keluarnya. Sehingga saya merasa bahagia, karena dapat membantu menyadarkan siswa akan pentingnya belajar agar tidak terjadi learning loss, hal ini merupakan suatu tindakan pengambilan keputusan yang positif sebagai pemimpin pembelajaran agar siswa terus belajar menyelesaikan pendidikannya di tingkat SMA.

Pembelajaran (Findings)

Permasalahan pada setiap individu itu berbeda-beda, sehingga perlu adanya pemahaman dalam masalah yang dialami sehingga pengambilan keputusan yang akan kita lakukan berdampak positif. Pembelajaran yang dapat dilaksanakan setiap mengahdapi sebuah dilema etika atau bujukan moral. Perlu adanya kolaborasi dan kerjasama pada semua pihak dalam menghadapi dilema, sehingga kita sebagai pemimpin pembelajaran dalam pengambilan keputusan akan mempertimbangkan hal-hal positif dan negatif yang berdampak pada perkembangan sekolah maupun siswa khususnya dalam pembelajaran.

Perubahan (Future)

Kemampuan dalam pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran merupakan perubahan nyata yang ada dalam diri saya sebagai calon guru penggerak (CGP), maka saya akan selalu menerapkan kolaborasi dan kerjasama pada warga sekolah untuk menentuan sebuah pengambilan keputusan yang tepat dan berdampak positif. Selain itu, adanya motivasi dan optimis yang meningkat terkait kompetensi diri dalam pengambilan keputusan. Perubahan lainnya yaitu, semakin meningkatnya dukungan dan kepercayaan dari sekolah dalam menghadapi penanganan permasalahan atau dilema etika yang telah CGP tangani, sehingga meningkatkan motivasi dan semangat menjadi agen perubahan sebagai pemimpin pembelajaran.

Demikian portofolio aksi nyata modul 3.1.a.10 Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran yang telah CGP susun. Harapan saya dengan langkah-langkah pengambilan keputusan yang saya laksanakan dapat menjadi acuan dalam mengahadapi dilema etika dan bujukan moral yang terjadi di sekolah.

Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran

Koneksi Antar Materi: Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran

Oleh : Acep Ruhiyat

 

1. Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?

Menurut Ki Hajar Dewantara tujuan pendidikan adalah proses menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. 

KHD berpandangan, seorang pendidik hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak, serta memiliki kemampuan dalam menyelesaikan atau mengambil keputusan terhadap permasalahannya secara mandiri. Guru hanya mengarahkan bagaimana murid berkembang sesuai karakter, keunikan serta memaksimalkan segala potensi yang dimilikinya.

Berdasarkan pandangan KHD terkait Pratap Triloka yang dikenal dengan semboyannya ing ngarso sung tuladha yang diartikan  sebagai seorang pemimpin dalam hal ini guru hendaknya mampu memberikan contoh/tauladan yang baik kepada muridnya, ing madya mangun karsa yang diartikan bahwa seorang pemimpin  mampu membangun karsa/kemauan atau pemberi semangat/motivasi,  dan Tut wuri Handayani yang artinya seorang pemimpin mampu memberikan dukungan, arahan, dan semangat kepada muridnya. Berdasarkan hal tersebut di atas guru sebagai pemimpin pembelajaran harus mampu mengambil sebuah keputusan yang tepat dan bijaksana serta berpihak kepada murid yang merupakan subyek dalam system pendidikan.

2. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Disadari atau tidak setiap individu termasuk juga guru memiliki nilai-nilai kebajikan yang sudah tertanam dalam dirinya. Nilai-nilai yang sifatnya berupa kebajikan universal meliputi hal-hal seperti keadilan, tanggung jawab, kejujuran, bersyukur, lurus hati, berprinsip, integritas, kasih sayang, rajin, komitmen, percaya diri, kesabaran, dan masih banyak lagi.

Nilai-nilai positif yang tertanam kuat dalam diri kita penting untuk dipupuk karena keputusan-keputusan yang diambil oleh seseorang  akan merefleksikan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh orang tersebut. Dengan nilai-nilai yang dimilikinya seorang guru hendaknya menjadi rujukan atau teladan baik bagi murid maupun seluruh warga sekolah.

Dalam kesehariannya menjalankan tugas, tidak jarang seorang guru berada dalam posisi yang menuntutnya untuk mengambil keputusan dari dua pilihan yang secara logika dan rasa keduanya benar, berada pada situasi dilema etika (benar vs benar) atau berada dalam dua pilihan antara benar melawan salah (bujukan moral) yang menuntut kita berpikir secara seksama untuk mengambil keputusan yang tepat. Maka di sinilah nilai-nilai yang akan membimbing dan mendorong kita untuk mengambil keputusan yang tepat dan bijaksana. Dalam pengambilan keputusan yang terbaik bagi kepentingan murid, seorang guru akan mempertimbangkan nilai-nilai kebajikan universal yang disepakati dan disetujui bersama.

3. Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada modul 2 sebelumnya.

Coaching merupakan ketrampilan yang sangat penting dalam menggali suatu permasalahan yang sebenarnya terjadi baik masalah dalam diri kita maupun masalah yang dimiliki orang lain. Pada konteks pembelajaran yang berpihak pada murid, coaching menjadi salah satu proses 'menuntun' kemerdekaan belajar murid dalam pembelajaran di sekolah. 

Coaching menjadi proses yang sangat penting dilakukan di sekolah, karena guru dalam hal ini sebagai coach akan menggali potensi yang dimiliki oleh muridnya dengan memberi pertanyaan pemantik sehingga murid dapat menemukan potensi yang terpendam dalam dirinya untuk dapat menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang dihadapinya tanpa paksaan dan campur tangan orang lain, serta mampu mengambil keputusan yang tepat dengan resiko yang paling kecil. 

Guru sebagai pendidik dan pemimimpin pembelajaran sudah sepatutnya meluangkan waktunya untuk menjalankan proses coaching demi terciptanya iklim pendidikan yang berpihak pada murid .

4. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan?

Seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran di kelas sudah seyogyanya harus bisa mengetahui dan memahami kondisi sosial dan emosional dari muridnya. Selain itu untuk dapat membentuk dan mewujudkan Profil Pelajar Pancasila, seorang murid harus mampu menyelesaikan permasalahannya dalam belajar sehingga tidak menjadi dilema bagi mereka untuk sekarang maupun yang akan datang. Guru juga penting untuk  memahami aspek sosial dan emosionalnya agar mereka mampu mengambil keputusan yang tepat dan bijaksana dalam menyelesaikan persoalan pembelajaran baik di kelas maupun di lingkungan sekolah.   

5. Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik.

Ketika seorang guru dihadapkan pada kasus yang berkaitan dengan dilema etika maupun bujukan moral maka diperlukan ketrampilan berhubungan sosial untuk mengambil suatu keputusan yang tepat. Dalam hal ini andai saya dihadapkan dengan suatu kasus dilema etika, maka saya akan melihat permasalahan dari berbagai sudut pandang dan berusaha menggunakan 3 prinsip pengambilan keputusan, 4 paradigma dan 9 langkah pengujian dan pengambilan keputusan, di mana dasar dari keseluruhannya adalah nilai-nilai yang saya miliki.

Nilai-nilai dalam diri seorang guru akan mempengaruhi dirinya dalam mengambil sebuah keputusan. Jika nilai-nilai yang dianutnya adalah nilai-nilai positif maka keputusan yang diambil akan tepat, benar, dapat dipertanggung jawabkan, dan dilakukan demi kebaikan orang banyak. Sebaliknya  jika seorang guru belum memiliki nilai-nilai yang positif atau sudah kehilangan idealismenya sebagai seorang guru maka keputusan yang diambil akan cenderung digunakan untuk mengutamakan kepentingan pribadi atau golongan dan tidak dapat dipertanggung jawabkan.

6. Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Sebuah pengambilan keputusan yang baik dan tepat tentunya harus dilakukan secara cermat dan terlebih dahulu menganalisis berbagai aspek dan sudut pandang. Pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada lingkungan yang nyaman, aman, positif, dan kondusif karena kita sebagai pemimpin pembelajaran mengambil keputusan yang tepat yang dapat berdampak positif bagi banyak pihak yang ada disekolah/lingkungan asal. 

Hal pertama yang harus kita lakukan adalah mengenali terelebih dahulu kasus yang terjadi apakah kasus atau permasalahan tersebut termasuk dilema etika atau bujukan moral.

Kemudian pengambilan keputusan ini dapat dilakukan dengan  mempertimbangkan empat paradigma dilema etika. Kita harus melihat terlebih dahulu paradigma dilema etika apa yang sedang terjadi? Apakah paradigma dilema etika individu melawan masyarakat, rasa keadilan melawan rasa kasihan, kebenaran melawan kesetiaan, atau jangka pendek melawan jangka Panjang. 

Kita juga harus melihat prisip pengambilan keputusan yang paling tepat, apakah Rule-based Thingking, Apakah End-based Thingking dan apakah Care-based Thingking. Selanjutnya keputusan tersebut haruslah diambil dengan menggunakan langkah-langkah pengambilan dan pengusian keputusan yang benar, sehingga pada akhirnya guru sebagai seorang pemimpin pembelajaran  mampu menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman untuk murid dan lingkungan sekolahnya.

7. Apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Sebagai seorang guru tentunya mengalami dan diperhadapkan dengan berbagai permasalahan dari waktu ke waktu yang menuntut dilakukannya pengambilan sebuah keputusan. Permasalahan dan situasi yang dihadapi perlu untuk dicermati dan dianalisis dengan seksama agar kita tidak terjebak pada

pengambilan suatu keputusan yang salah karena kurang mampu dalam menelaah situasi yang dihadapi secara jelas apakah termasuk dilema etika ataukah bujukan moral.

Ketika dihadapkan dengan situasi dilema etika tentu adakalanya kita mengalami kesulitan-kesulitan dalam menjalankan pengambilan keputusan tersebut. Kesulitan muncul bisa disebabkan karena berbagai faktor misalnya, karena masalah perubahan paradigma dan budaya sekolah yang sudah dilakukan selama bertahun-tahun, masih minimnya pengetahuan dan pengalaman yang saya miliki dalam menyelesaikan situasi permasalahan yang dihadapi, kekhawatiran apakah keputusan yang diambil merupakan keputusan yang tepat dan dapat mengakomodir kepentingan orang banyak serta tidak mencederai pihak lainnya, dan adanya perbedaan mindset dan sudut pandang yang menyebabkan sulitnya menemukan solusi atau kesepakatan yang dapat diterima oleh setiap pihak yang terlibat.

8. Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?

Pengambilan keputusan yang dilakukan tentu akan mempengaruhi pola pengajaran yang kita lakukan terhadap murid. Pada konteks merdeka belajar, proses pembelajaran yang dilakukan adalah yang berpihak pada murid. Karena itu keputusan yang diambil sebagai bentuk proses dalam menuntun murid untuk merdeka, tumbuh dan berkembang sesuai dengan kodrat alam, zaman dan potensi yang dimilikinya. Hendaknya guru memberikan ruang bagi murid dalam proses pengajaran untuk merdeka mengemukakan pendapat dan mengekspresikan bakat dan potensi yang dimiliknya. Dengan demikian murid-murid dapat belajar mengambil keputusan yang sesuai dengan pilihannya sendiri tanpa paksaan dan campur tangan orang lain, karena pada dasarnya tujuan pembelajaran adalah dapat memberikan keselamatan dan kebahagian pada murid.

9. Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Dalam mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, kita harus benar- benar memperhatikan kebutuhan belajar murid. Dengan keputusan yang kita ambil sudah mempertimbangkan kebutuhan murid maka murid dapat menggali potensi yang ada dalam dirinya dan kita sebagai pemimpin pembelajaran dapat memberikan pembelajaran yang sesuai denga kebutuhan belajarnya dan menuntun murid dalam mengembangkan potensi yang dimiliki. Sehingga dengan memperhatikan kesemua itu dalam mengambil keputusan maka keputusan kita dapat berpengaruh terhadap keberhasilan dari murid di masa depannya nanti.

10. Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Pembelajaran dan pengalaman yang saya peroleh dari mempelajari modul 3.1 terkait Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran adalah bahwa seorang pendidik merupakan pilar utama dalam dunia pendidikan yang berinteraksi langsung dengan murid sehingga sering diperhadapkan oleh situasi dan problematika yang mengharuskan dilakukannya pengambilan keputusan. Tentunya harapan dari pengambilan keputusan yang dilakukan ini bukanlah suatu keputusan gegabah dan terburu-buru, yang kemudian tidak mempertimbangkan konsekuensi dan situasi tak terduga lainnya di masa depan serta mencederai pihak lainnya. Pengambilan keputusan yang dilakukan merupakan rangkaian proses yang harus dilakukan dengan penuh cermat dan  kehati-hatian dalam menentukan sikap dan langkah tindakan dari berbagai kemungkinan situasi yang ada.

Adapun dengan modul-modul sebelumnya, pembelajaran pada modul ini merupakan suatu yang saling berkaitan. Sebagaimana dijelaskan oleh Ki Hajar Dewantara bahwa pendidikan bertujuan menuntun segala proses dan kodrat/potensi anak untuk mencapai sebuah keselamatan dalam kebahagiaan yang setinggi-tinginya, baik untuk dirinya sendiri, sekolah, maupun masyarakat. Dalam melaksanakan proses pembelajaran, guru harus mampu melihat dan memahami kebutuhan belajar muridnya serta mampu mengelola kompetensi sosial dan emosional yang dimiliki dalam mengambil sebuah keputusan sebagai pemimpin pembelajaran.

Selain itu, coaching juga menjadi salah satu usaha yang dilakukan oleh seorang pendidik dalam menuntun murid untuk memaksimalkan segala potensi yang dimiliki dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Proses coaching ini dilakukan dengan menjalin dan membangun hubungan kolaborasi dengan menggunakan komunikasi asertif serta mengajukan pertanyaan-pertanyaan reflektif yang menstimulus murid dalam mengeksplorasi potensi yang dimiliki untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi. Coaching sendiri tidak hanya dilakukan pada murid, tetapi dapat juga diterapkan untuk membantu rekan guru, atau seluruh warga sekolah untuk menciptakan kondisi yang aman, nyaman dan membangun kebiasaan/budaya positif sekolah.

Akhirnya peranan pengambilan keputusan yang tepat dan efektif oleh guru sebagai seorang pemimpin pembelajaran sangatlah penting. Keputusan yang selalu berpihak pada murid sejalan dengan nilai-nilai kebajikan dan dapat dipertanggungj awabkan di dunia akhirat akan dapat melahirkan generasi emas Indonesia yang memiliki profil pelajar Pancasila.

 

Wednesday, February 16, 2022

FORUM BERBAGI AKSI NYATA


Budaya positif penting dikembangkan di sekolah. Mutu sekolah dapat dilihat dari budaya positif yang hidup dan dikembangkan warga sekolah. Budaya positif sekolah adalah sekumpulan nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktekkan oleh kepala sekolah, guru, petugas administrasi, siswa dan masyarakat sekitar sekolah. Budaya positif yang ada disekolah akan membantu pencapaian visi sekolah impian. Guna mewujudkan visi sekolah impian, peran guru sebagai ujung tombak kualitas pendidikan di sekolah sangatlah penting. Guru penggerak adalah pemimpin pembelajaran yang mendorong tumbuh kembang murid secara holistik, aktif, dan proaktif dalam mengembangkan pendidik lainnya untuk mengimplementasikan pembelajaran yang berpusat kepada murid, serta menjadi teladan dan agen transformasi ekosistem pendidikan untuk mewujudkan Profil Pelajar Pancasila. Budaya positif di sekolah tidaklah berdiri sendiri dalam menciptakan budaya ajar yang baik, melainkan satu sama lain saling terintegrasi dan mempengaruhi satu sama lain. Budaya positif bukanlah satu-satunya materi yang perlu diterapkan dalam pendidikan di sekolah. Kita sebagai CGP perlu juga mengingat dan mengaitkan materi-materi yang sudah kita pelajari sebelumnya agar penerapan di ekosistem belajar semakin maksimal. Hampir semua modul berkaitan dengan budya positif mulai dari modul 1.1, 1.2 dan 1.3 namun Pada modul 1.1 Refleksi Filosofi Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara menjadi titik awal CGP menjadi agen perubahan dalam transformasi Pendidikan di sekolah. Ki Hadjar menjelaskan bahwa tujuan pendidikan yaitu: menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh sebab itu, pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak” dalam menuntun laku dan pertumbuhan kodrat anak, KHD mengibaratkan peran pendidik seperti seorang petani atau tukang kebun. Anak-anak itu seperti biji tumbuhan yang disemai dan ditanam oleh pak tani atau pak tukang kebun di lahan yang telah disediakan. Anak-anak itu bagaikan bulir-bulir jagung yang ditanam. Bila biji jagung ditempatkan di tanah yang subur dengan mendapatkan sinar matahari dan pengairan yang baik maka meskipun biji jagung adalah bibit jagung yang kurang baik (kurang berkualitas) dapat tumbuh dengan baik karena perhatian dan perawatan dari pak tani. Demikian sebaliknya, meskipun biji jagung itu disemai adalah bibit berkualitas baik namun tumbuh di lahan yang gersang dan tidak mendapatkan pengairan dan cahaya matahari serta ‘tangan dingin’ pak tani, maka biji jagung itu mungkin tumbuh namun tidak akan optimal. Dalam proses “menuntun”, anak diberi kebebasan namun pendidik sebagai ‘pamong’ dalam memberi tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Seorang ‘pamong’ dapat memberikan ‘tuntunan’ agar anak dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar. KHD menjelaskan bahwa dasar Pendidikan anak berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam berkaitan dengan “sifat” dan “bentuk” lingkungan di mana anak berada, sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan “isi” dan “irama” (Ki Hadjar Dewantara, 2009, hal. 21). Jika kita sebagai pendidik memahami dengan benar filosofi pemikiran KDH maka budaya positi di sekolah dapat tercipta Dalam menuntun prilaku murid dengan sesuai kodrat alam dan kodrat jaman, Budaya positif yang kita susun harus melalui beberapa tahapan atau langkah seperti penyusunan visi sekolah sampai penyusunan kesepakatan tentang budya positif sekolah/kelas semua dilakukan dengan cara pendekatan inkuiri apresiatif dan tahapan BAGJA . Jadi hamper seluruh modul saling berkaitan untuk dapat menciptakan budaya positif di sekolah. Peran guru penggerak dalam menularkan kebiasaan baik kepada guru lain dalam membangun budaya positif di sekolah adalah dengan membangun komunikasi positif yang dibarengi keteladan dari diri orang yang diajak untuk melakukan hal yang serupa dengan kita atau paling tidak memberikan dukungan meskipun belumbisa meniru apa yang kita lakukan, seorang guru penggerak perlu melakukan pendekatan personal kepada guru lain untuk mengetahui potensi positif yang bias diberdayakan dari rekan sejawat dalam mengembangkan budaya positif, dimulai dari hal yang kecil,sederhana, mudah dan ringan yang dapat dijalankan secara berkelanjutan. Kemudian menjadi teladan dan agen transformasi bagi ekosistem pendidikan , Guru Penggerak harus memberikan dampak kepada guru-guru lain serta dampak kepada sekolahnya. Mereka layaknya lilin/obor perubahan di masing-masing unit pendidikannya, bahkan di luar unit pendidikannya. Guru penggerak juga harus berkolaborasi dengan orang tua dalam menerapkan budaya positif di sekolah. Budaya positif di sekolah bisa dikembangkan dengan membuat kesepakatan terlebih dahulu, sehingga apa yang diinginkan dengan kondisi sekolah secara harmonis dapat terwujud. Untuk menjadikan kebiasaan positif di kelas menjadi budaya sekolah dan visi sekolah tentunya dibutuhkan pemikiran dan kesepakatan kolektif yang digali dari dasar normatif, nilai-nilai yang diyakini oleh warga sekolah , dan impian normatif kolektif warga sekolah. Masing-masing guru dapat menyampaikan ide praktek baik sekolah.Dari itu kita dapat menggali nilai-nilai budaya positif dan kebiasaan positif apa yang menjadi budaya positif sekolah untuk kemudian dituangkan secara tertulis menjadi visi sekolah.. 

Terimakasih 
Salam Guru Penggerak 

Lampiran : 

2. Pengimbasan :
https://youtu.be/bBslczW_Gtc

3. Dokumentasi Aksi Nyata :

Sosialisasi


 
Ijin Kepsek
Sosialisasi
Sosialisasi





Proyeksi pertumbuhan ekonomi Asia Timur dan Pasifik