Friday, June 10, 2022

Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran

Koneksi Antar Materi: Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran

Oleh : Acep Ruhiyat

 

1. Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?

Menurut Ki Hajar Dewantara tujuan pendidikan adalah proses menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. 

KHD berpandangan, seorang pendidik hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak, serta memiliki kemampuan dalam menyelesaikan atau mengambil keputusan terhadap permasalahannya secara mandiri. Guru hanya mengarahkan bagaimana murid berkembang sesuai karakter, keunikan serta memaksimalkan segala potensi yang dimilikinya.

Berdasarkan pandangan KHD terkait Pratap Triloka yang dikenal dengan semboyannya ing ngarso sung tuladha yang diartikan  sebagai seorang pemimpin dalam hal ini guru hendaknya mampu memberikan contoh/tauladan yang baik kepada muridnya, ing madya mangun karsa yang diartikan bahwa seorang pemimpin  mampu membangun karsa/kemauan atau pemberi semangat/motivasi,  dan Tut wuri Handayani yang artinya seorang pemimpin mampu memberikan dukungan, arahan, dan semangat kepada muridnya. Berdasarkan hal tersebut di atas guru sebagai pemimpin pembelajaran harus mampu mengambil sebuah keputusan yang tepat dan bijaksana serta berpihak kepada murid yang merupakan subyek dalam system pendidikan.

2. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Disadari atau tidak setiap individu termasuk juga guru memiliki nilai-nilai kebajikan yang sudah tertanam dalam dirinya. Nilai-nilai yang sifatnya berupa kebajikan universal meliputi hal-hal seperti keadilan, tanggung jawab, kejujuran, bersyukur, lurus hati, berprinsip, integritas, kasih sayang, rajin, komitmen, percaya diri, kesabaran, dan masih banyak lagi.

Nilai-nilai positif yang tertanam kuat dalam diri kita penting untuk dipupuk karena keputusan-keputusan yang diambil oleh seseorang  akan merefleksikan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh orang tersebut. Dengan nilai-nilai yang dimilikinya seorang guru hendaknya menjadi rujukan atau teladan baik bagi murid maupun seluruh warga sekolah.

Dalam kesehariannya menjalankan tugas, tidak jarang seorang guru berada dalam posisi yang menuntutnya untuk mengambil keputusan dari dua pilihan yang secara logika dan rasa keduanya benar, berada pada situasi dilema etika (benar vs benar) atau berada dalam dua pilihan antara benar melawan salah (bujukan moral) yang menuntut kita berpikir secara seksama untuk mengambil keputusan yang tepat. Maka di sinilah nilai-nilai yang akan membimbing dan mendorong kita untuk mengambil keputusan yang tepat dan bijaksana. Dalam pengambilan keputusan yang terbaik bagi kepentingan murid, seorang guru akan mempertimbangkan nilai-nilai kebajikan universal yang disepakati dan disetujui bersama.

3. Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada modul 2 sebelumnya.

Coaching merupakan ketrampilan yang sangat penting dalam menggali suatu permasalahan yang sebenarnya terjadi baik masalah dalam diri kita maupun masalah yang dimiliki orang lain. Pada konteks pembelajaran yang berpihak pada murid, coaching menjadi salah satu proses 'menuntun' kemerdekaan belajar murid dalam pembelajaran di sekolah. 

Coaching menjadi proses yang sangat penting dilakukan di sekolah, karena guru dalam hal ini sebagai coach akan menggali potensi yang dimiliki oleh muridnya dengan memberi pertanyaan pemantik sehingga murid dapat menemukan potensi yang terpendam dalam dirinya untuk dapat menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang dihadapinya tanpa paksaan dan campur tangan orang lain, serta mampu mengambil keputusan yang tepat dengan resiko yang paling kecil. 

Guru sebagai pendidik dan pemimimpin pembelajaran sudah sepatutnya meluangkan waktunya untuk menjalankan proses coaching demi terciptanya iklim pendidikan yang berpihak pada murid .

4. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan?

Seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran di kelas sudah seyogyanya harus bisa mengetahui dan memahami kondisi sosial dan emosional dari muridnya. Selain itu untuk dapat membentuk dan mewujudkan Profil Pelajar Pancasila, seorang murid harus mampu menyelesaikan permasalahannya dalam belajar sehingga tidak menjadi dilema bagi mereka untuk sekarang maupun yang akan datang. Guru juga penting untuk  memahami aspek sosial dan emosionalnya agar mereka mampu mengambil keputusan yang tepat dan bijaksana dalam menyelesaikan persoalan pembelajaran baik di kelas maupun di lingkungan sekolah.   

5. Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik.

Ketika seorang guru dihadapkan pada kasus yang berkaitan dengan dilema etika maupun bujukan moral maka diperlukan ketrampilan berhubungan sosial untuk mengambil suatu keputusan yang tepat. Dalam hal ini andai saya dihadapkan dengan suatu kasus dilema etika, maka saya akan melihat permasalahan dari berbagai sudut pandang dan berusaha menggunakan 3 prinsip pengambilan keputusan, 4 paradigma dan 9 langkah pengujian dan pengambilan keputusan, di mana dasar dari keseluruhannya adalah nilai-nilai yang saya miliki.

Nilai-nilai dalam diri seorang guru akan mempengaruhi dirinya dalam mengambil sebuah keputusan. Jika nilai-nilai yang dianutnya adalah nilai-nilai positif maka keputusan yang diambil akan tepat, benar, dapat dipertanggung jawabkan, dan dilakukan demi kebaikan orang banyak. Sebaliknya  jika seorang guru belum memiliki nilai-nilai yang positif atau sudah kehilangan idealismenya sebagai seorang guru maka keputusan yang diambil akan cenderung digunakan untuk mengutamakan kepentingan pribadi atau golongan dan tidak dapat dipertanggung jawabkan.

6. Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Sebuah pengambilan keputusan yang baik dan tepat tentunya harus dilakukan secara cermat dan terlebih dahulu menganalisis berbagai aspek dan sudut pandang. Pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada lingkungan yang nyaman, aman, positif, dan kondusif karena kita sebagai pemimpin pembelajaran mengambil keputusan yang tepat yang dapat berdampak positif bagi banyak pihak yang ada disekolah/lingkungan asal. 

Hal pertama yang harus kita lakukan adalah mengenali terelebih dahulu kasus yang terjadi apakah kasus atau permasalahan tersebut termasuk dilema etika atau bujukan moral.

Kemudian pengambilan keputusan ini dapat dilakukan dengan  mempertimbangkan empat paradigma dilema etika. Kita harus melihat terlebih dahulu paradigma dilema etika apa yang sedang terjadi? Apakah paradigma dilema etika individu melawan masyarakat, rasa keadilan melawan rasa kasihan, kebenaran melawan kesetiaan, atau jangka pendek melawan jangka Panjang. 

Kita juga harus melihat prisip pengambilan keputusan yang paling tepat, apakah Rule-based Thingking, Apakah End-based Thingking dan apakah Care-based Thingking. Selanjutnya keputusan tersebut haruslah diambil dengan menggunakan langkah-langkah pengambilan dan pengusian keputusan yang benar, sehingga pada akhirnya guru sebagai seorang pemimpin pembelajaran  mampu menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman untuk murid dan lingkungan sekolahnya.

7. Apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Sebagai seorang guru tentunya mengalami dan diperhadapkan dengan berbagai permasalahan dari waktu ke waktu yang menuntut dilakukannya pengambilan sebuah keputusan. Permasalahan dan situasi yang dihadapi perlu untuk dicermati dan dianalisis dengan seksama agar kita tidak terjebak pada

pengambilan suatu keputusan yang salah karena kurang mampu dalam menelaah situasi yang dihadapi secara jelas apakah termasuk dilema etika ataukah bujukan moral.

Ketika dihadapkan dengan situasi dilema etika tentu adakalanya kita mengalami kesulitan-kesulitan dalam menjalankan pengambilan keputusan tersebut. Kesulitan muncul bisa disebabkan karena berbagai faktor misalnya, karena masalah perubahan paradigma dan budaya sekolah yang sudah dilakukan selama bertahun-tahun, masih minimnya pengetahuan dan pengalaman yang saya miliki dalam menyelesaikan situasi permasalahan yang dihadapi, kekhawatiran apakah keputusan yang diambil merupakan keputusan yang tepat dan dapat mengakomodir kepentingan orang banyak serta tidak mencederai pihak lainnya, dan adanya perbedaan mindset dan sudut pandang yang menyebabkan sulitnya menemukan solusi atau kesepakatan yang dapat diterima oleh setiap pihak yang terlibat.

8. Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?

Pengambilan keputusan yang dilakukan tentu akan mempengaruhi pola pengajaran yang kita lakukan terhadap murid. Pada konteks merdeka belajar, proses pembelajaran yang dilakukan adalah yang berpihak pada murid. Karena itu keputusan yang diambil sebagai bentuk proses dalam menuntun murid untuk merdeka, tumbuh dan berkembang sesuai dengan kodrat alam, zaman dan potensi yang dimilikinya. Hendaknya guru memberikan ruang bagi murid dalam proses pengajaran untuk merdeka mengemukakan pendapat dan mengekspresikan bakat dan potensi yang dimiliknya. Dengan demikian murid-murid dapat belajar mengambil keputusan yang sesuai dengan pilihannya sendiri tanpa paksaan dan campur tangan orang lain, karena pada dasarnya tujuan pembelajaran adalah dapat memberikan keselamatan dan kebahagian pada murid.

9. Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Dalam mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, kita harus benar- benar memperhatikan kebutuhan belajar murid. Dengan keputusan yang kita ambil sudah mempertimbangkan kebutuhan murid maka murid dapat menggali potensi yang ada dalam dirinya dan kita sebagai pemimpin pembelajaran dapat memberikan pembelajaran yang sesuai denga kebutuhan belajarnya dan menuntun murid dalam mengembangkan potensi yang dimiliki. Sehingga dengan memperhatikan kesemua itu dalam mengambil keputusan maka keputusan kita dapat berpengaruh terhadap keberhasilan dari murid di masa depannya nanti.

10. Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Pembelajaran dan pengalaman yang saya peroleh dari mempelajari modul 3.1 terkait Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran adalah bahwa seorang pendidik merupakan pilar utama dalam dunia pendidikan yang berinteraksi langsung dengan murid sehingga sering diperhadapkan oleh situasi dan problematika yang mengharuskan dilakukannya pengambilan keputusan. Tentunya harapan dari pengambilan keputusan yang dilakukan ini bukanlah suatu keputusan gegabah dan terburu-buru, yang kemudian tidak mempertimbangkan konsekuensi dan situasi tak terduga lainnya di masa depan serta mencederai pihak lainnya. Pengambilan keputusan yang dilakukan merupakan rangkaian proses yang harus dilakukan dengan penuh cermat dan  kehati-hatian dalam menentukan sikap dan langkah tindakan dari berbagai kemungkinan situasi yang ada.

Adapun dengan modul-modul sebelumnya, pembelajaran pada modul ini merupakan suatu yang saling berkaitan. Sebagaimana dijelaskan oleh Ki Hajar Dewantara bahwa pendidikan bertujuan menuntun segala proses dan kodrat/potensi anak untuk mencapai sebuah keselamatan dalam kebahagiaan yang setinggi-tinginya, baik untuk dirinya sendiri, sekolah, maupun masyarakat. Dalam melaksanakan proses pembelajaran, guru harus mampu melihat dan memahami kebutuhan belajar muridnya serta mampu mengelola kompetensi sosial dan emosional yang dimiliki dalam mengambil sebuah keputusan sebagai pemimpin pembelajaran.

Selain itu, coaching juga menjadi salah satu usaha yang dilakukan oleh seorang pendidik dalam menuntun murid untuk memaksimalkan segala potensi yang dimiliki dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Proses coaching ini dilakukan dengan menjalin dan membangun hubungan kolaborasi dengan menggunakan komunikasi asertif serta mengajukan pertanyaan-pertanyaan reflektif yang menstimulus murid dalam mengeksplorasi potensi yang dimiliki untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi. Coaching sendiri tidak hanya dilakukan pada murid, tetapi dapat juga diterapkan untuk membantu rekan guru, atau seluruh warga sekolah untuk menciptakan kondisi yang aman, nyaman dan membangun kebiasaan/budaya positif sekolah.

Akhirnya peranan pengambilan keputusan yang tepat dan efektif oleh guru sebagai seorang pemimpin pembelajaran sangatlah penting. Keputusan yang selalu berpihak pada murid sejalan dengan nilai-nilai kebajikan dan dapat dipertanggungj awabkan di dunia akhirat akan dapat melahirkan generasi emas Indonesia yang memiliki profil pelajar Pancasila.

 

Proyeksi pertumbuhan ekonomi Asia Timur dan Pasifik