Koneksi Antar Materi: Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran
Oleh : Acep Ruhiyat
1. Bagaimana pandangan Ki Hajar
Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana
sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?
Menurut Ki Hajar Dewantara tujuan
pendidikan adalah proses menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar
mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik
sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.
KHD berpandangan, seorang
pendidik hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada
pada anak-anak, agar mereka dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup
dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak, serta memiliki kemampuan dalam menyelesaikan
atau mengambil keputusan terhadap permasalahannya secara mandiri. Guru hanya
mengarahkan bagaimana murid berkembang sesuai karakter, keunikan serta
memaksimalkan segala potensi yang dimilikinya.
Berdasarkan pandangan KHD terkait
Pratap Triloka yang dikenal dengan semboyannya ing ngarso sung tuladha yang
diartikan sebagai seorang pemimpin dalam hal ini guru hendaknya mampu
memberikan contoh/tauladan yang baik kepada muridnya, ing madya mangun karsa
yang diartikan bahwa seorang pemimpin mampu membangun karsa/kemauan atau
pemberi semangat/motivasi, dan Tut wuri Handayani yang artinya seorang
pemimpin mampu memberikan dukungan, arahan, dan semangat kepada muridnya.
Berdasarkan hal tersebut di atas guru sebagai pemimpin pembelajaran harus mampu
mengambil sebuah keputusan yang tepat dan bijaksana serta berpihak kepada murid
yang merupakan subyek dalam system pendidikan.
2. Bagaimana nilai-nilai yang
tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil
dalam pengambilan suatu keputusan?
Disadari atau tidak setiap
individu termasuk juga guru memiliki nilai-nilai kebajikan yang sudah tertanam
dalam dirinya. Nilai-nilai yang sifatnya berupa kebajikan universal meliputi
hal-hal seperti keadilan, tanggung jawab, kejujuran, bersyukur, lurus hati,
berprinsip, integritas, kasih sayang, rajin, komitmen, percaya diri, kesabaran,
dan masih banyak lagi.
Nilai-nilai positif yang tertanam
kuat dalam diri kita penting untuk dipupuk karena keputusan-keputusan yang
diambil oleh seseorang akan merefleksikan nilai-nilai yang dijunjung
tinggi oleh orang tersebut. Dengan nilai-nilai yang dimilikinya seorang guru
hendaknya menjadi rujukan atau teladan baik bagi murid maupun seluruh warga
sekolah.
Dalam kesehariannya menjalankan
tugas, tidak jarang seorang guru berada dalam posisi yang menuntutnya untuk
mengambil keputusan dari dua pilihan yang secara logika dan rasa keduanya
benar, berada pada situasi dilema etika (benar vs benar) atau berada dalam dua
pilihan antara benar melawan salah (bujukan moral) yang menuntut kita berpikir
secara seksama untuk mengambil keputusan yang tepat. Maka di sinilah
nilai-nilai yang akan membimbing dan mendorong kita untuk mengambil keputusan
yang tepat dan bijaksana. Dalam pengambilan keputusan yang terbaik bagi kepentingan
murid, seorang guru akan mempertimbangkan nilai-nilai kebajikan universal yang
disepakati dan disetujui bersama.
3. Bagaimana kegiatan terbimbing
yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan
'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam
perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan
keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah
efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan
keputusan tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang
telah dibahas pada modul 2 sebelumnya.
Coaching merupakan ketrampilan
yang sangat penting dalam menggali suatu permasalahan yang sebenarnya terjadi
baik masalah dalam diri kita maupun masalah yang dimiliki orang lain. Pada
konteks pembelajaran yang berpihak pada murid, coaching menjadi salah satu
proses 'menuntun' kemerdekaan belajar murid dalam pembelajaran di
sekolah.
Coaching menjadi proses yang
sangat penting dilakukan di sekolah, karena guru dalam hal ini sebagai coach
akan menggali potensi yang dimiliki oleh muridnya dengan memberi pertanyaan
pemantik sehingga murid dapat menemukan potensi yang terpendam dalam dirinya
untuk dapat menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang dihadapinya tanpa
paksaan dan campur tangan orang lain, serta mampu mengambil keputusan yang
tepat dengan resiko yang paling kecil.
Guru sebagai pendidik dan
pemimimpin pembelajaran sudah sepatutnya meluangkan waktunya untuk menjalankan
proses coaching demi terciptanya iklim pendidikan yang berpihak pada murid .
4. Bagaimana kemampuan guru dalam
mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap
pengambilan keputusan?
Seorang guru sebagai pemimpin
pembelajaran di kelas sudah seyogyanya harus bisa mengetahui dan memahami
kondisi sosial dan emosional dari muridnya. Selain itu untuk dapat membentuk
dan mewujudkan Profil Pelajar Pancasila, seorang murid harus mampu
menyelesaikan permasalahannya dalam belajar sehingga tidak menjadi dilema bagi
mereka untuk sekarang maupun yang akan datang. Guru juga penting untuk
memahami aspek sosial dan emosionalnya agar mereka mampu mengambil
keputusan yang tepat dan bijaksana dalam menyelesaikan persoalan pembelajaran baik
di kelas maupun di lingkungan sekolah.
5. Bagaimana pembahasan studi
kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang
dianut seorang pendidik.
Ketika seorang guru dihadapkan
pada kasus yang berkaitan dengan dilema etika maupun bujukan moral maka
diperlukan ketrampilan berhubungan sosial untuk mengambil suatu keputusan yang
tepat. Dalam hal ini andai saya dihadapkan dengan suatu kasus dilema etika,
maka saya akan melihat permasalahan dari berbagai sudut pandang dan berusaha menggunakan
3 prinsip pengambilan keputusan, 4 paradigma dan 9 langkah pengujian dan
pengambilan keputusan, di mana dasar dari keseluruhannya adalah nilai-nilai
yang saya miliki.
Nilai-nilai dalam diri seorang
guru akan mempengaruhi dirinya dalam mengambil sebuah keputusan. Jika
nilai-nilai yang dianutnya adalah nilai-nilai positif maka keputusan yang
diambil akan tepat, benar, dapat dipertanggung jawabkan, dan dilakukan demi
kebaikan orang banyak. Sebaliknya jika seorang guru belum memiliki
nilai-nilai yang positif atau sudah kehilangan idealismenya sebagai seorang
guru maka keputusan yang diambil akan cenderung digunakan untuk mengutamakan
kepentingan pribadi atau golongan dan tidak dapat dipertanggung jawabkan.
6. Bagaimana pengambilan
keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang
positif, kondusif, aman dan nyaman.
Sebuah pengambilan keputusan yang
baik dan tepat tentunya harus dilakukan secara cermat dan terlebih dahulu
menganalisis berbagai aspek dan sudut pandang. Pengambilan keputusan yang
tepat, tentunya berdampak pada lingkungan yang nyaman, aman, positif, dan
kondusif karena kita sebagai pemimpin pembelajaran mengambil keputusan yang
tepat yang dapat berdampak positif bagi banyak pihak yang ada
disekolah/lingkungan asal.
Hal pertama yang harus kita
lakukan adalah mengenali terelebih dahulu kasus yang terjadi apakah kasus atau
permasalahan tersebut termasuk dilema etika atau bujukan moral.
Kemudian pengambilan keputusan
ini dapat dilakukan dengan mempertimbangkan empat paradigma dilema etika.
Kita harus melihat terlebih dahulu paradigma dilema etika apa yang sedang
terjadi? Apakah paradigma dilema etika individu melawan masyarakat, rasa
keadilan melawan rasa kasihan, kebenaran melawan kesetiaan, atau jangka pendek
melawan jangka Panjang.
Kita juga harus melihat prisip
pengambilan keputusan yang paling tepat, apakah Rule-based Thingking, Apakah
End-based Thingking dan apakah Care-based Thingking. Selanjutnya keputusan
tersebut haruslah diambil dengan menggunakan langkah-langkah pengambilan dan
pengusian keputusan yang benar, sehingga pada akhirnya guru sebagai seorang
pemimpin pembelajaran mampu menciptakan lingkungan yang positif,
kondusif, aman dan nyaman untuk murid dan lingkungan sekolahnya.
7. Apakah kesulitan-kesulitan di
lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan
terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan
paradigma di lingkungan Anda?
Sebagai seorang guru tentunya
mengalami dan diperhadapkan dengan berbagai permasalahan dari waktu ke waktu
yang menuntut dilakukannya pengambilan sebuah keputusan. Permasalahan dan
situasi yang dihadapi perlu untuk dicermati dan dianalisis dengan seksama agar
kita tidak terjebak pada
pengambilan suatu keputusan yang
salah karena kurang mampu dalam menelaah situasi yang dihadapi secara jelas
apakah termasuk dilema etika ataukah bujukan moral.
Ketika dihadapkan dengan situasi
dilema etika tentu adakalanya kita mengalami kesulitan-kesulitan dalam
menjalankan pengambilan keputusan tersebut. Kesulitan muncul bisa disebabkan
karena berbagai faktor misalnya, karena masalah perubahan paradigma dan budaya
sekolah yang sudah dilakukan selama bertahun-tahun, masih minimnya pengetahuan
dan pengalaman yang saya miliki dalam menyelesaikan situasi permasalahan yang
dihadapi, kekhawatiran apakah keputusan yang diambil merupakan keputusan yang
tepat dan dapat mengakomodir kepentingan orang banyak serta tidak mencederai
pihak lainnya, dan adanya perbedaan mindset dan sudut pandang yang menyebabkan
sulitnya menemukan solusi atau kesepakatan yang dapat diterima oleh setiap
pihak yang terlibat.
8. Apakah pengaruh pengambilan
keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid
kita?
Pengambilan keputusan yang
dilakukan tentu akan mempengaruhi pola pengajaran yang kita lakukan terhadap
murid. Pada konteks merdeka belajar, proses pembelajaran yang dilakukan adalah
yang berpihak pada murid. Karena itu keputusan yang diambil sebagai bentuk
proses dalam menuntun murid untuk merdeka, tumbuh dan berkembang sesuai dengan
kodrat alam, zaman dan potensi yang dimilikinya. Hendaknya guru memberikan
ruang bagi murid dalam proses pengajaran untuk merdeka mengemukakan pendapat
dan mengekspresikan bakat dan potensi yang dimiliknya. Dengan demikian
murid-murid dapat belajar mengambil keputusan yang sesuai dengan pilihannya
sendiri tanpa paksaan dan campur tangan orang lain, karena pada dasarnya tujuan
pembelajaran adalah dapat memberikan keselamatan dan kebahagian pada murid.
9. Bagaimana seorang pemimpin
pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa
depan murid-muridnya?
Dalam mengambil keputusan sebagai
pemimpin pembelajaran, kita harus benar- benar memperhatikan kebutuhan belajar
murid. Dengan keputusan yang kita ambil sudah mempertimbangkan kebutuhan murid
maka murid dapat menggali potensi yang ada dalam dirinya dan kita sebagai
pemimpin pembelajaran dapat memberikan pembelajaran yang sesuai denga kebutuhan
belajarnya dan menuntun murid dalam mengembangkan potensi yang dimiliki.
Sehingga dengan memperhatikan kesemua itu dalam mengambil keputusan maka
keputusan kita dapat berpengaruh terhadap keberhasilan dari murid di masa
depannya nanti.
10. Apakah kesimpulan akhir yang
dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan
modul-modul sebelumnya?
Pembelajaran dan pengalaman yang
saya peroleh dari mempelajari modul 3.1 terkait Pengambilan Keputusan Sebagai
Pemimpin Pembelajaran adalah bahwa seorang pendidik merupakan pilar utama dalam
dunia pendidikan yang berinteraksi langsung dengan murid sehingga sering
diperhadapkan oleh situasi dan problematika yang mengharuskan dilakukannya
pengambilan keputusan. Tentunya harapan dari pengambilan keputusan yang
dilakukan ini bukanlah suatu keputusan gegabah dan terburu-buru, yang kemudian
tidak mempertimbangkan konsekuensi dan situasi tak terduga lainnya di masa
depan serta mencederai pihak lainnya. Pengambilan keputusan yang dilakukan
merupakan rangkaian proses yang harus dilakukan dengan penuh cermat dan
kehati-hatian dalam menentukan sikap dan langkah tindakan dari berbagai
kemungkinan situasi yang ada.
Adapun dengan modul-modul
sebelumnya, pembelajaran pada modul ini merupakan suatu yang saling berkaitan.
Sebagaimana dijelaskan oleh Ki Hajar Dewantara bahwa pendidikan bertujuan
menuntun segala proses dan kodrat/potensi anak untuk mencapai sebuah
keselamatan dalam kebahagiaan yang setinggi-tinginya, baik untuk dirinya
sendiri, sekolah, maupun masyarakat. Dalam melaksanakan proses pembelajaran,
guru harus mampu melihat dan memahami kebutuhan belajar muridnya serta mampu
mengelola kompetensi sosial dan emosional yang dimiliki dalam mengambil sebuah
keputusan sebagai pemimpin pembelajaran.
Selain itu, coaching juga menjadi
salah satu usaha yang dilakukan oleh seorang pendidik dalam menuntun murid
untuk memaksimalkan segala potensi yang dimiliki dalam menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi. Proses coaching ini dilakukan dengan menjalin dan
membangun hubungan kolaborasi dengan menggunakan komunikasi asertif serta
mengajukan pertanyaan-pertanyaan reflektif yang menstimulus murid dalam
mengeksplorasi potensi yang dimiliki untuk mengatasi permasalahan yang
dihadapi. Coaching sendiri tidak hanya dilakukan pada murid, tetapi dapat juga
diterapkan untuk membantu rekan guru, atau seluruh warga sekolah untuk
menciptakan kondisi yang aman, nyaman dan membangun kebiasaan/budaya positif
sekolah.
Akhirnya peranan pengambilan
keputusan yang tepat dan efektif oleh guru sebagai seorang pemimpin
pembelajaran sangatlah penting. Keputusan yang selalu berpihak pada murid
sejalan dengan nilai-nilai kebajikan dan dapat dipertanggungj awabkan di dunia
akhirat akan dapat melahirkan generasi emas Indonesia yang memiliki profil
pelajar Pancasila.